Kerbau Hutan Masuk Perangkap", karya Widayat
Widayat, seorang maestro,seniman pada tahun 1998 menciptakan sebuah karya sketsa yang berjudul "Kerbau Hutan Masuk Perangkap". Dalam karya ini, Widayat secara simbolis menggambarkan kegelisahan masyarakat terhadap rezim Orde Baru yang terperangkap dalam keadaan yang mereka ciptakan sendiri. Lukisan ini menggambarkan kerbau hutan yang masuk perangkap, dengan satu-satunya saksi adalah seekor burung kecil. Widayat menggunakan teknik sketsa, hitam di atas kertas putih dalam ukuran yang besar, mungkin untuk menyoroti kompleksitas politik yang sebenarnya nihil.
Gambaran kerbau hutan yang terperangkap melambangkan rezim Orde Baru yang terjebak dalam keadaan sulit, mungkin sebagai akibat dari perilaku mereka yang korup dan otoriter. Kehadiran kerbau hutan, yang secara tradisional melambangkan kekuatan dan keberanian, dalam posisi terperangkap menyoroti kelemahan dan ketidakberdayaan rezim yang seharusnya kuat.
Kemudian, kehadiran burung kecil sebagai satu-satunya saksi menyoroti isolasi dan kesendirian rezim dalam situasi mereka yang sulit. Burung kecil ini bisa diinterpretasikan sebagai suara-suara minoritas atau individu yang berani menyuarakan kebenaran, meskipun dalam situasi yang berbahaya.
Teknik lukisan yang dipilih oleh Widayat juga memiliki makna yang mendalam. Penggunaan sketsa hitam di atas kertas putih mungkin mencerminkan dualitas antara kebaikan dan kejahatan, atau kebenaran dan kepalsuan, dalam politik dan masyarakat. Selain itu, ukuran yang besar dari karya ini bisa mengindikasikan urgensi atau pentingnya masalah yang digambarkan, serta kompleksitas politik yang terlibat.
Pemilihan judul "Kerbau Hutan Masuk Perangkap", juga memperkuat pesan kritis dalam karya ini. Judul tersebut menekankan pada kondisi sulit yang dihadapi oleh rezim dan masyarakat pada saat itu, di mana kekuasaan dan kekuatan politik mungkin tidak cukup untuk melindungi mereka dari bahaya dan kesulitan.
Secara keseluruhan, karya "Kerbau Hutan Masuk Perangkap" oleh Widayat merupakan sebuah komentar kritis terhadap situasi politik pada masa itu, yang masih relevan hingga saat ini.Sangat mungkin bahwa sebentar lagi ada yang bertingkah seperti burung penyeru sang kerbau hutan: Syukurin! (yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar