Nikmatnya Nasi Sayur Lombok Ijo di Pasar Bintaos
Gunungkidul, jogja-ngangkring.com - Sebuah ruangan berukuran 9 x 9 meter, separuhnya dimanfaatkan sebagai dapur dengan tungku-tungku tradisional, stok kayu bakar, wadah-wadah bumbu dan bahan masakan, serta meja panjang berisi nasi, sayur Lombok ijo, lauk serta aneka camilan. _Jajan ndeso_ berupa _jadah_ , tahu tempe bacem, _puli_ (bahan kerupuk nasi yang belum dijemur), tempe koro goreng dll.
Sementara separo ruangan lagi untuk penjaja dengan meja kursi tradisional ala desa. Setidaknya ada empat meja kayu ndeso dan delapan kursi panjang ndeso (lincak kayu). Gelas-gelas teh _nasgitel_ gula batu beserta poci alumunium berisi air teh panas ekstra disajikan satu paket dengan aneka jajanan mengisi meja-meja yang kursi di hadapannya sudah ditempati pengunjung.
Warung tradisional itu berada di dalam Pasar Paing Bintaos, Tepus, Gunungkidul, DIY. Buka setiap lima hari sekali saat pasaran Paing, mulai jam 23.00 hingga 04.00 WIB. Walaupun buka sepasar sekali, namun tak pernah sepi pengunjung. Mereka datang dari berbagai daerah di wilayah Gunungkidul, Bantul, serta Kota Yogyakarta.
"Yu, teh nasgitel gula batu telu. Karo jajanhe yo." Seorang pelanggan begitu masuk warung langsung memesan pada Poniyem, perempuan tua penjual di warung itu.
"Nggih. Tenggo sekedap, " sahut Yu Poniyem.
"Yu, sego jangan ndeso. Lawuhe ono opo?" tanya pengunjung lainnya. "Telor dadar nopo ayam," jawab Yu Poniyem.
Pemesan nasi tadi adalah seorang pelanggan yang datang dari Kotagede, Yogyakarta bernama M. Satriya Wibowo. "Saya sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan warung ini. Tiap dua atau tiga bulan sekali pasti ke sini. Menempuh jarak sekitar 60 km dengan waktu tempuh satu jam-an," begitu katanya.
Lebih lanjut Satriya, begitu pria tersebut akrab dipanggil, mengatakan yang menarik dari Bintaos adalah sensasinya. "Buka dini hari. Yang datang dari berbagai daerah. Makannya juga sangat ekonomis. Ini wisata kuliner malam, hiburan melepaskan kepenatan," ujarnya.
Keakraban sangat terasa di warung ini, baik antara penjual dengan pengunjung ataupun antar pengunjung itu sendiri. Meski sebelumnya tidak saling kenal dan berasal dari berbagai area, mereka saling berinteraksi sembari menikmati hidangan sederhana yang tersedia hingga pagi menjelang. Selain pengunjung yang sengaja datang untuk menikmati suasana, para bakul di Pasar Bintaos baik penduduk setempataupun dari luar daerah berbaur di warung itu.
Poniyem, pemilik warung, mengatakan bahwa ia berjualan nasi dan wedang meneruskan orang tuanya. Awalnya ia hanya melayani para bakul pasar namun seiring dengan waktu pelanggan berdatangan dari berbagai daerah. (Yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar