Eddy, Kombinasikan Perak dan Kayu Menjadi Kerajinan Kelas Eksport
YOGYAKARTA, jogja-ngangkring.com – “Tatah ukir perak Kotagede memiliki peluang besar di pasar internasional”, kata Eddy Prasetyo ST, perajin perak Kotagede dalam sebuah bincang sore dengan jogja-ngangkring.com. Eddy menggeluti bisnis kerajinan perak sejak tahun 1994, melanjutkan usaha keluarga “DD 800 Silver” yang didirikan Bapaknya, alm Tjipto Diharjo. “Melalui program Sister City, pada tahun 1994 Pemerintah Kota Yogyakarta menunjuk kami untuk berpartisipasi dalam perayaan ulang tahun Kota Kyoto yang ke-2000. Itulah awal mula keterlibatan langsung saya dengan usaha keluarga”, imbuhnya.
Dalam event selama 10 hari itu Eddy menunjukan keahliannya dalam mengukir perak dan diberi kesempatan untuk menjual langsung karya-karyanya. Aktifitas selama acara tersebut menarik perhatian pengusaha Jepang. Mereka menawarkan kerja sama untuk memproduksi kerajinan perak dengan syarat Eddy harus terlebuh dahulu mengikuti pelatihan di Osaka, tempat perusahaan pembeli tersebut berbasis. "Selama tiga bulan, saya berada di Osaka untuk mengikuti pelatihan standarisasi produk. Dari situ, saya berhasil mendapatkan pesanan ekspor ke Jepang," kata Eddy. Keterampilan dalam mengukir perak diperolehnya melalui pengamatan dan interaksi dengan perajin perak di perusahaan ayahnya.
Perkembangan eksport kerajinan perak terus mengalami peningkatan. Dalam perjalanan bisnisnya, Eddy mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia, khususnya Dinas Perindustrian. Produk eksport yang difokuskan adalah kerajinan ukir tatah perak. Usahanya termasuk dalam kategori Industri Kerajinan Menengah (IKM) dan menjadi mitra binaan PT Aneka Tambang sejak 2018 hingga saat ini.
Eddy mengungkapkan, "Kami mendapat fasilitas pembebasan PPh dan PPN untuk pembelian bahan baku. Namun untuk eksport kami harus menggunakan bahan baku perak berstandar internasional yang hanya tersedia di PT Aneka Tambang. Banyak pengusaha perak di Kotagede tidak dapat melakukan ekspor karena mereka membeli bahan baku dari pasar bebas yang tidak memenuhi standar internasional."
Untuk menjaga daya saing produknya, Eddy mengikuti permintaan pasar, baik di dalam negeri maupun internasional. Bahkan saat ini ia telah mengembangkan produknya dengan menggabungkan kerajinan logam dan kayu. "Awalnya kami fokus pada kerajinan ukir perak, namun seiring dengan perkembangan pasar, kami berinovasi dengan mengembangkan produk non-perak untuk elemen interior, seperti kombinasi kerajinan kayu, aneka pin dari kuningan, tembaga, dan aluminium. Kalau berhasil ekspor ke Jerman dan Jepang masuk ke negara lain akan lebih mudah", imbuhnya.
Meskipun usahanya telah berjalan puluhan tahun, hingga awal tahun 2024 ini Eddy masih aktif dalam mengikuti kegiatan promosi dan pameran di berbagai kota, baik atas undangan instansi pemerintah maupun swasta. Produk kerajinannya telah diekspor ke Jerman, Jepang, dan Amerika. Dia juga telah mengikuti berbagai pameran di luar negeri, sepeerti pameran di Museum Agropolis Montpellier, Perancis pada tahun 1994, La Fiera di Bologna, Italia pada tahun 1996, serta pameran di Cape Town, Afrika Selatan, di Amsterdam, Belanda, dan beberapa negara lainnya.
Dari tujuh bersaudara, Eddy adalah satu-satunya yang mewarisi bisnis keluarganya. “Alasan pertama terlibat usaha ini adalah karena sejak kecil senang dengan kerajinan. Saya suka melihat karyawan ayah saya membuat kerajinan, dan akhirnya belajar dan mahir juga. "DD 800 Silver” itu sejak berdiri pada 1955 hingga 1990-an menghasilkan berbagai kerajinan perak yang dipasok ke toko-toko perak di Kotagede. Yang kedua adalah karena pasar kerajinan (bukan hanya perak, tetapi semua jenis kerajinan) sangat luas. Produk kerajinan seperti souvenir, aksesoris, peralatan makan, elemen interior, dan cincin pernikahan memiliki segmen penggemar yang tetap dari waktu ke waktu.”
Saat ini Eddy mengkombinasikan logam dan kayu menjadi produk kerajinan. Ini merupakan inovasi baru, di pasar Eropa tengah menjadi trend karena memiliki unsur alami dan abstrak. Memasarkan produk ke pasar luar negeri sekarang juga menjadi lebih mudah. “Dengan koneksi ke Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC), peluang untuk berkembang sangat besar," ujarnya.
Sejak sebelum kemerdekan, perak Kotagede terutama kerajinan tatah ukirnya memang telah dikenal dan tersebar di seluruh dunia serta menjadi koleksi di Museum Tropen Belanda. “Semoga kerajinan perak Kotagede kembali mendunia,” kata Eddy mengakhiri perbincangan. (yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar