Pohon Nyamplung Solusi Energi Baru Terbarukan
Yogyakarta, jogja-ngangkring.com - Dosen Universitas BSI dan Politek API Yogyakarta sekaligus Praktisi Usaha, Arya Ariyanto SE M MPar mengajak berbagai kalangan masyarakat, instansi maupun swasta untuk menggerakkan budidaya tanaman nyamplung. Ia mengatakan, di tengah kekhawatiran krisis energi dan perubahan iklim, pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum) muncul sebagai solusi potensial untuk energi baru terbarukan (EBT) tanpa mengganggu ketahanan pangan.
“Minyak nyamplung memiliki kandungan energi tinggi dan dapat diolah menjadi biodiesel, bahan bakar nabati yang ramah lingkungan,” papar Ariyanto beberapa waktu lalu di Yogyakarta.
Dalam sebuah forum sosialisasi pohon nyamplung, Ariyanto yang juga Direktur Grup Jogkem mengatakan pengembangan energi baru terbarukan dari pohon nyamplung dapat memanfaatkan lahan-lahan yang tidak optimal untuk tanaman pangan, seperti di pesisir dan lahan marginal. Ia juga menguraikan bahwa pohon nyamplung memiliki banyak manfaat lain di luar energi baru terbarukan. Daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak, kayunya dapat diolah menjadi bahan bangunan serta furniture, dan buahnya dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti sabun dan minyak rambut.
“Pohon nyamplung adalah tanaman multiguna yang dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Pengembangannya sebagai sumber energi baru terbarukan dapat membantu Indonesia mencapai target bauran energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Ariyanto.
Pria kelahiran Bojonegoro ini mengharapkan pemerintah dapat mengambil beberapa langkah untuk mendukung sosialisasi dan penanaman nyamplung ini. Pertama, perlu penetapan zonasi. Pemerintah perlu menetapkan zonasi ini untuk memastikan bahwa pohon nyamplung ditanam di area yang tidak bersaing dengan tanaman pangan. Area yang diprioritaskan untuk pengembangan pohon nyamplung adalah lahan marginal yang tidak optimal untuk tanaman pangan, pesisir pantai, dan area sekitar perkebunan sawit. Kedua, dukungan riset dan teknologi. Pemerintah harus mendukung penelitian dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan hasil panen pohon nyamplung dan efisiensi pengolahan biofuel. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing biofuel nyamplung dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Ketiga, insentif dan skema pendanaan. Pemerintah diharapkan memberikan insentif dan skema pendanaan yang menarik bagi para petani yang ingin menanam pohon nyamplung. Insentif ini dapat berupa subsidi bibit, pupuk, dan peralatan pertanian. Skema pendanaan yang dapat dipertimbangkan adalah kredit usaha rakyat (KUR) dan program kredit lainnya. Keempat, sosialisasi dan edukasi. Pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat pohon nyamplung dan potensinya sebagai sumber energi baru terbarukan. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengembangan pohon nyamplung dan meminimalisir resistensi dari para petani sawit dan tanaman pangan lainnya. Kelima, menjalin kerjasama dengan stakeholder. Pemerintah dapat menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder, termasuk petani, perusahaan sawit, lembaga penelitian, industri biofuel, dan masyarakat sipil. Kerjasama ini diharapkan dapat membangun sinergi dan memastikan bahwa pengembangan pohon nyamplung dilakukan secara berkelanjutan dan tidak mengganggu ketahanan pangan.
“Dengan langkah-langkah tersebut, pohon nyamplung sebagai sumber energi baru terbarukan diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan mewujudkan masa depan energi yang berkelanjutan,” Ariyanto mengakhiri perbincangan. (yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar