Ngobrol SUMBU dan UMBU untuk Mengenang Presiden Malioboro
Yogyakarta, jogja-ngangkring.com - Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai salah satu pusat seni dan kebudayaan di Indonesia, terus menunjukkan keistimewaannya. Para seniman, khususnya sastrawan yang pernah dan masih berkarya di kota ini, telah memberikan pengaruh besar dalam perkembangan sastra Indonesia. Tidak hanya di tingkat lokal, para seniman Yogyakarta juga berhasil menembus panggung nasional dan internasional. Mereka yang sempat berkarya di Yogyakarta dan kembali ke daerah asalnya sering kali menjadi inisiator atau pelopor dalam menghidupkan kesenian di wilayah mereka.
Sebagai daerah istimewa, Yogyakarta memang benar-benar istimewa. Meskipun wilayahnya tidak luas, berbagai lembaga pendidikan tumbuh dan berkembang dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Karena itulah, Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan mendapat sebutan sebagai miniatur Indonesia.
Sejak tahun 1940-an, berbagai sanggar dan kelompok kesenian, baik di dalam maupun di luar kampus, telah tumbuh di Yogyakarta. Kehidupan kesenian di kota ini juga didukung oleh berbagai media cetak seperti majalah dan koran serta banyaknya penerbit yang peduli terhadap seni-budaya. Malioboro, sebagai salah satu ikon Yogyakarta, menjadi pusat kegiatan seni dan budaya, termasuk sastra. Di tahun 1950-an, Malioboro dikenal dengan "Sastrawan Malioboro" sebagai tempat berkumpulnya sastrawan yang berdiskusi dan mempresentasikan karya mereka.
Pada akhir 1960-an hingga awal 1970-an, Persada Studi Klub (PSK) memainkan peran besar dalam memunculkan para penyair dari berbagai wilayah Indonesia, dengan Umbu Landu Paranggi sebagai tokoh utamanya yang kemudian dijuluki sebagai Presiden Malioboro. Berkat kontribusi mereka, Yogyakarta layak disebut sebagai ibukota sastra dan penyair. Proses regenerasi terus berlangsung, dengan interaksi lintas generasi yang masih terjalin hingga saat ini. Puluhan hingga ratusan ribu orang telah melalui proses kreatif dan memberikan sumbangan bagi perkembangan sastra Yogyakarta dan Indonesia.
Untuk mengenang Umbu Landu Paranggi yang dijuluki Presiden Malioboro, Koperasi Seniman dan Budayawan Yogyakarta bersama Ruma Sastra Evi Idawati, Baleseni Condroradono, dan Institut Kahade akan menyelenggarakan acara Ngobrol SUMBU dan UMBU serta baca puisi. Acara ini juga meneguhkan kawasan Malioboro sebagai sumbu filosofis yang telah diakui oleh UNESCO. Acara akan diadakan pada hari Jumat, 9 Agustus 2024, pukul 14.00-17.00 di ruang audio visual Jogja Library, Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Beberapa tokoh yang akan hadir antara lain Soeparno S Adhy (sahabat Umbu Landu Paranggi, pendiri Persada Studi Klub), Rommy Heryanto (Yogya Semesta), Evi Idawati, Priyo Salim, dan Yuda Wirajaya. Acara ini akan dimoderatori oleh Sarwanto H Swarso. Narahubung, Sigit Sugito 081931791185. (Yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar