Yogyakarta, jogja-ngangkring.com - Seniman Subandi Giyanto baru-baru ini mengadakan pameran seni lukis berjudul "Giling Wesi". Pameran ini menampilkan kisah tragis dari Kitab Pakuwon (Penanggalan) Jawa, mengisahkan tentang Prabu Watugunung dari Kerajaan Giling Wesi yang terlibat dalam peristiwa tragis dengan ibunya sendiri, Dewi Sinta. Subandi mengolah kisah ini, yang sering digunakan dalam karya sastra, menjadi karya seni rupa yang sarat dengan pitutur dan simbol-simbol makna. "Giling Wesi" dipilih sebagai medium untuk memperkenalkan penanggalan Jawa kepada generasi muda.
Dr. Sindhunata, seorang budayawan yang meresmikan pameran 88 lukisan karya Subandi di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), menambahkan bahwa lukisan ini dapat mengingatkan masyarakat akan pentingnya melalui proses waktu dalam setiap pencapaian.
Iham Khoiri, General Manager Bentara Budaya & Communication Management Kompas Gramedia, menjelaskan bahwa pameran ini menampilkan beragam pendekatan visual terhadap cerita wayang, baik dalam bentuk tradisional maupun modern di atas kanvas. Khoiri menyoroti bahwa karya seni ini mencerminkan peta kehidupan manusia zaman sekarang, khususnya Indonesia yang memasuki tahun politik menuju Pemilu 2024.
Melalui pameran ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni lukis, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam mengenai nilai-nilai budaya dan tradisi Jawa melalui interpretasi seni modern. Dengan demikian, "Giling Wesi" tidak hanya sekadar pameran seni lukis, melainkan medium yang membangkitkan kesadaran akan warisan budaya dan makna-makna dalam kehidupan sehari-hari. (yun)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar